Beijing – otoritas China berharap agar India maupun Pakistan dapat menahan diri kemudian mengedepankan dialog pasca insiden penembakan di Kashmir yang mana menewaskan 26 orang.
"Sebagai tetangga kedua negara, China memohon kedua belah pihak baik India maupun Pakistan untuk menahan diri, menyelesaikan perbedaan melalui dialog, bersama-sama menyimpan perdamaian serta stabilitas kawasan," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun di konferensi pers pada Beijing pada Awal Minggu (28/4).
Pada Selasa (22/4), kelompok bersenjata tak dikenal melegakan tembakan ke arah wisatawan di dalam wilayah Kashmir yang digunakan dikelola India sehingga menewaskan setidaknya 26 warga tewas.
Insiden penembakan muncul di kawasan Baisaran, Pahalgam, sebuah tujuan wisata populer dalam wilayah selatan Kashmir. Wilayah Himalaya diklaim baik oleh India maupun Pakistan tapi dikuasai sebagian-sebagian oleh tiap-tiap negara.
Wilayah itu telah dilakukan lama dilanda siklus kekerasan sejak mulainya pemberontakan bersenjata anti-India pada 1989, tapi serangan terhadap wisatawan tergolong jarang terjadi.
"India dan juga Pakistan adalah negara penting pada Asia Selatan. Hidup berdampingan secara harmonis sangat penting bagi perdamaian, stabilitas, dan juga pengerjaan kawasan," tambah Guo Jiakun.
India menyampaikan serangan yang dimaksud sebagai "serangan teror" oleh kelompok dengan jaringan "lintas batas", sehingga menuduh Pakistan punya andil pada aksi tersebut.
Namun, Islamabad membantah terlibat pada serangan, lantas menyatakan "prihatin" dan juga berbelasungkawa terhadap keluarga korban.
Sehingga Menteri Keamanan Pakistan Khawaja Asif mengungkapkan Rusia juga China mungkin saja berpartisipasi di penyelidikan internasional berhadapan dengan serangan teroris ke Kashmir.
"China menyambut semua tindakan yang dimaksud akan membantu meredakan situasi ketika ini lalu membantu penyelenggaraan penyelidikan yang adil dan juga jujur sedini mungkin," ungkap Guo Jiakun.
Akibat serangan tersebut, hubungan India lalu Pakistan pun menegang sehingga India pada Rabu (23/4) menyatakan penangguhan Perjanjian Air Indus tahun 1960 yang tersebut mengatur penjatahan air dari enam sungai di area aliran sungai Indus antara kedua negara.
India juga mengusir penasihat militer Pakistan dan juga menghurangi jumlah agregat staf diplomatik yang dimaksud bertugas dalam kedutaan besar Pakistan di dalam New Delhi.
Kemudian pada Kamis (24/4), New Delhi mengumumkan bahwa layanan visa ke Pakistan akan ditangguhkan seluruhnya, dan juga warga India yang dimaksud sedang berkunjung ke Pakistan diminta kembali "sedini mungkin". India juga menghentikan satu-satunya pintu perbatasan dengan Pakistan yang tersebut dioperasikan di dalam Wagah-Attari.
Pemerintah Pakistan kemudian merespons dengan menanggukan Kesepakatan Simla tahun 1972 yang dimaksud memberi dasar bagi Garis Kendali (Line of Control) antara kedua negara dalam wilayah sengketa Kashmir juga kerangka bagi penyelesaian sengketa bilateral.
Islamabad juga mengusir atase pertahanan juga menurunkan staf diplomatik dalam kedutaan besar India di Pakistan.
Pakistan pun menangguhkan pintu perbatasan Attari-Wagah lalu menghentikan semua perdagangan bilateral maupun dengan pihak ketiga melalui Pakistan.
Artikel ini disadur dari China harap India dan Pakistan menahan diri terkait konflik di Kashmir