Kurangnya informasi baru dapat mengubah persepsi waktu pada otak

Kurangnya informasi baru dapat mengubah persepsi waktu pada otak

DKI Jakarta – Psikolog klinis Dr. Kimberly Chew mengungkapkan semakin tua usia menyebabkan otak semakin lambat mengangkat informasi baru yang digunakan mengubah persepsi terhadap waktu.

Hal ini menimbulkan ketika usia bertambah waktu terasa semakin cepat sebab menurunnya pengalaman baru atau “kejadian pertama” yang mana melibatkan emosi, seperti hari pertama sekolah, hari pertama ke luar negeri kemudian sebagainya.

“Itulah sebabnya 10 tahun pertama masa kanak-kanak rutin kali terasa tambahan lambat kemudian lebih besar berkesan, Momen-momen ini menonjol oleh sebab itu bersifat baru serta melibatkan emosi,” katanya sebagaimana disitir dari laman Channel News Asia, Akhir Pekan (9/2).

“Banyak dari kita juga terbiasa dengan rutinitas, sewaktu hidup berubah menjadi rutinitas, hari-hari kita mulai bercampur, memproduksi waktu terasa kurang jelas serta lebih besar seperti berlalu begitu saja,” imbuhnya.

Dr. Chew menjelaskan bahwa persepsi kita terhadap waktu sangat erat kaitannya dengan cara kita memproses informasi visual. Saat masih anak-anak, otak kita mengakomodasi berbagai sekali gambar lalu pengalaman baru, sehingga waktu terasa lebih tinggi lambat serta tambahan luas.

Namun, ketika dewasa, otak kita menerima tambahan sedikit gambar baru sebab sebagian besar gambar yang digunakan kita temui telah kita kenal. Dengan lebih tinggi sedikit masukan baru, waktu terasa berlalu lebih lanjut cepat. Berkurangnya asupan informasi visual baru ini adalah alasan lain mengapa tahun-tahun terasa kabur, kata Chew.

Ia juga menambahkan pengaplikasian media sosial juga mempunyai dampak terhadap inovasi persepsi waktu saat bertambahnya usia.

Psikolog sosial Jonathan Haidt menjelaskan bagaimana menghabiskan terlalu banyak waktu di bumi virtual – tempat interaksi tiada dialami secara dengan segera – dapat menimbulkan pendatang merasa tambahan terputus daripada terhubung.

Dr Chew menambahkan bahwa kurangnya koneksi ini tidak ada hanya saja meningkatkan kemungkinan timbulnya gangguan suasana hati atau kecemasan, akibat orang-orang ke media sosial rutin kali berpikir tentang berada di dalam tempat lain daripada hadir, tetapi juga menimbulkan merekan merasa terpisahkan dari waktu juga kenyataan.

Ia memberikan saran untuk lebih besar menikmati waktu dengan cara menciptakan pengalaman baru yang bisa jadi memproduksi jangkar memori untuk memperjelas waktu. Liburan singkat, perjalanan darat, atau menjelajahi sudut-sudut tersembunyi ke kota yang mana telah kita kenal dapat membantu.

Dia merekomendasikan aktivitas yang digunakan meningkatkan kreativitas dan juga perhatian, keduanya dapat membantu memperlambat persepsi kita tentang waktu.

Untuk benar-benar menikmati waktu juga mengelak perasaan terdampar pada satu fase kehidupan, kita harus memproses pengalaman masa sesudah itu kita daripada membiarkannya berlama-lama tanpa terselesaikan.

“Jika tiada memproses insiden penting dengan benar, pikiran kita kemungkinan besar secara tidak ada sadar akan melekat pada perkembangan tersebut, memproduksi kita merasa seperti sedang berjalan otomatis alih-alih melangkah progresif dengan sehat,” katanya.

Artikel ini disadur dari Kurangnya informasi baru dapat mengubah persepsi waktu pada otak